Thursday, December 31, 2009

:: Cinta Tidak Memerlukan Sebab ::



Dalam satu kisah percintaan yang menarik, sepasang suami isteri berjalan di tepi sebuah danau indah, kemudian si isteri bertanya kepada si suami, “Mengapa abang menyukai saya? Mengapa abang mencintai saya?”

Lalu si suami menjawab, “Abang tidak bisa menerangkan sebabnya. Namun begitu, abang memang menyayangi dan mencintaimu.”

Mendengar jawaban si suami, si isteri berkata lagi, “Abang tidak bisa menerangkan sebabnya? Bagaimana mungkin abang bisa katakan abang sayang dan mencintaiku, sedangkan abang sendiri tidak bisa menerangkannya.”

“Betul! Abang tidak tahu sebabnya, tetapi abang bisa buktikan bahwa abang memang sayang dan mencintaimu,” kata si suami.

Lalu isterinya pun berkata, “Tidak bisa beri bukti! Tidak! Saya ingin abang terangkan kepada saya sebabnya. Kawan-kawan saya yang lain yang punya suami, semuanya tahu dan mampu menerangkan mengapa mereka mencintai, namun tidak dengan abang yang tidak mampu menerangkan sebabnya.”

Si suami menarik nafas panjang dan dia berkata, “Baiklah! Abang mencintaimu karena kamu cantik, mempunyai suara merdu, penyayang, dan mengingati abang selalu. Abang juga suka akan senyuman manismu dan tampak begitu manis jika kamu melangkah. Di situlah cinta Abang bersamamu.”

Si isteri tersenyum dan berpuas hati dengan apa yang dikatakan si suaminya tadi. Namun begitu, selang beberapa hari, si isteri mengalami kemalangan dan koma.
Si suami sangat bersedih dan menulis sepucuk surat kepada isterinya yang disayangi. Surat itu diletakkan di sebelah tempat isterinya berbaring.

Surat itu berbunyi, “Sayang, jika disebabkan suaramu aku menicintaimu, sekarang bisakah engkau bersuara? Tidak! Oleh karena itu, aku tidak bisa mencintaimu. Jika disebabkan kasih sayang dan ingatanmu aku mencintaimu, sekarang bisakah engkau menunjukkan? Tidak! Oleh karena itu, aku tidak bisa mencintaimu. Jika disebabkan senyuman aku mencintaimu, sekarang bisakah engkau tersenyum? Tidak! Oleh karena itu, aku tidak mencintaimu. Jika disebabkan setiap langkah aku mencintaimu, sekarang bisakah engkau melangkah? Tidak! Oleh karena itu, aku tidak bisa mencintaimu.



Jika cinta memerlukan sebabnya seperti sekarang, aku tidak mempunyai sebab mencintaimu lagi. Adakah cinta memerlukan sebab? Tidak! Aku masih mencintaimu, dulu, kini, selamanya, dan cinta tidak perlu sebab.

Kadangkala perkara tercantik dan terbaik di dunia tidak bisa dilihat dan dipegang, namun ia bisa dirasai dalam hati."


::Curahan Hati Seorang Istri::




Kadangkala mungkin tergambar di benak fikiranmu, bahwa engkau telah salah ketika memilih diriku menjadi pasanganmu. Kadang kala ia mengganggu dalam pergaulan sehari-harimu denganku, terkadang ku takut perasaan cintamu berubah menjadi benci, limpahan kasih sayangmu menjelma menjadi kemarahan, dan ketenangan pun berubah menjadi ketegangan.

Suamiku…..

Di saat engkau masih sibuk dengan pekerjaan yang tak kunjung selesai, tak jarang aku kau abaikan. Waktu di rumah pun, kadang ku ikhlaskan demi masa depanmu. Bukankah engkau tahu aku pun butuh perhatian darimu. Terkadang ku cari perhatian itu, namun terlihat salah dipandanganmu. Kalaulah itu terlihat salah, semoga engkau bisa melihat kebaikanku yang lain. Bukankah Allah SWT yang mempertemukan dan menyatukan hati kita berpesan,

Dan pergaulilah mereka (isterimu) dengan baik. Kemudian bila
kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang
banyak.” [QS: An Nisa' 19].

Rasulullah yang kita cintai pun berpesan,

“Sempurnanya iman seseorang mukmin adalah mereka yang baik akhlaknya, dan yang terbaik (pergaulannya) dengan istri-istri mereka.” Jika engkau melihat kekurangan pada diriku, ingatlah kembali pesan beliau, Jangan membenci seorang mukmin (laki-laki) pada mukminat (perempuan) jika ia tidak suka suatu kelakuannyapasti ada juga kelakuan lainnya yang ia sukai. (HR. Muslim)

Sadarkah engkau bahwa tiada manusia di dunia ini yang sempurna segalanya? Bukankah engkau tahu bahwa hanyalah Alllah yang Maha Sempurna. Tidaklah sepatutnya bila kau hanya menghitung-hitung kekurangan pasangan hidupmu, sedangkan engkau sendiri tak pernah sekalipun menghitung kekurangan dan kesalahanmu. Janganlah engkau
mencari-cari selalu kesalahanku, padahal aku telah taat kepadamu.

Saat diriku rela pergi bersama dirimu,
kutinggalkan orangtua dan sanak saudaraku, ku ingin engkaulah yang
mengisi kekosongan hatiku. Naungilah diriku dengan kasih sayang, dan senyuman darimu.
Ku ingat pula saat aku ragu memilih siapa pendampingku, ketakwaan yang terlihat dalam keseharianmu-lah yang mempesona diriku. Bukankah sahabat Rasulullah, Ali bin Abi Tholib saat ditanya oleh seorang, “Sesungguhnya aku mempunyai seorang anak perempuan, dengan siapakah sepatutnya aku nikahkan dia?”
Ali r.a. pun menjawab, “Kawinkanlah dia dengan lelaki yang bertakwa kepada Allah, sebab jika laki-laki itu mencintainya maka dia akan memuliakannya, dan jika ia tidak menyukainya maka dia tidak akan menzaliminya.”

Ku harap engkaulah laki-laki itu, duhai suamiku.

Saat terjadi kesalahan yang tak sengaja ku lakukan, mungkin saat itu engkau mendambakan diriku sebagai istri tanpa kekurangan dan kelemahan, sadarlah, sesungguhnya egois telah menguasai dirimu. Perbaikilah kekurangan diriku dengan lemah lembut, janganlah kasar terhadapku. Bukankah Rasulullah telah mengajarkan kepada dirimu, saat Muawiah bin Ubaidah bertanya kepada beliau tentang tanggungjawab suami terhadap istri, beliaupun menjawab, “Dia memberinya makan ketika ia makan, dan memberinya pakaian ketika dia berpakaian.” Janganlah engkau keras terhadapku, karena Rasulullah pun tak pernah berbuat kasar terhadapistri-istrinya.

Duhai Suamiku

Tahukah engkau anugerah yang akan engkau terima dari Allah di akhirat kelak? Tahukah engkau pula balasan yang akan dianugerahkan kepada suami-suami yang berlaku baik terhadap istri-istri mereka? Renungkanlah bahwa,

“Mereka yang berlaku adil, kelak di hari kiamat akan bertahta di singgasana yang terbuat dari cahaya. Mereka adalah orang yang berlaku adil ketika menghukum, dan adil terhadap istri-istri mereka serta orang-orang yang menjadi tanggungjawabnya.”
[HRMuslim].

Kudoakan bahwa engkaulah yang kelak salah satu yang menempati singgasana tersebut, dan aku adalah permaisuri di istanamu.

Jika engkau ada waktu ajarkanlah diriku dengan ilmu yang telah Allah berikan kepadamu. Apabila engkau sibuk, maka biarkan aku menuntut ilmu, namun tak akan kulupakan tanggungjawabku, sehingga kelak diriku dapat menjadi sekolah buat putra-putrimu. Bukankah seorang ibu adalah madrasah ilmu pertama buat putra-putrinya? Semoga engkau selalu mendampingiku dalam mendidik putra-putri kita dan bertakwa kepada Allah.

Wahai Allah,
Engkau-lah saksi ikatan hati ini…
Aku telah jatuh cinta kepada lelaki pasangan hidup ku,
jadikanlah cintaku pada suamiku ini sebagai penambah kekuatan ku untuk mencintai-Mu. Namun, kumohon pula, jagalah cintaku ini agar tidak melebihi cintaku kepada-Mu, hingga aku tidak terjatuh pada jurang cinta yang semu,
jagalah hatiku padanya agar tidak berpaling pada hati-Mu.
Jika ia rindu, jadikanlah rindu syahid di jalan-Mu lebih ia rindukan daripada kerinduannya terhadapku,
jadikan pula kerinduan terhadapku tidak melupakan kerinduannya terhadap surga-Mu. Bila cintaku padanya telah mengalahkan cintaku kepada-Mu, ingatkanlah diriku, jangan Engkau biarkan aku tertatih kemudian tergapai-gapai merengkuh cinta-Mu.

Ya Allah,

Engkau mengetahui bahwa hati-hati ini telah berhimpun dalam cinta pada-Mu, telah berjumpa pada taat pada-Mu,telah bersatu dalam dakwah pada-Mu, telah berpadu dalam membela syariat-Mu. Kukuhkanlah ya Allah ikatannya. Kekalkanlah cintanya. Tunjukilah jalan-jalannya. Penuhilah hati-hati ini dengan nur-Mu yang tiada pernah pudar. Lapangkanlah dada-dada kami dengan limpahan keimanan kepada-Mu dan keindahan bertawakal di jalan-Mu.

Amin ya rabbal alamin.

Friday, December 4, 2009

Jangan Terlalu Mencari Kesempurnaan

Jika kamu memancing ikan....
Setelah ikan itu terlekat di mata kail,
hendaklah kamu mengambil ikan itu....

Janganlah sesekali kamu LEPASKAN ia
semula ke dalam air begitu saja....
Kerana ia akan SAKIT oleh kerana bisanya
ketajaman mata kailmu dan mungkin ia akan MENDERITA selagi ia masih hidup.

Begitulah juga ........

Setelah kamu memberi banyak PENGHARAPAN
kepada seseorang...
Setelah ia mulai MENYAYANGIMU hendaklah kamu MENJAGA hatinya....
Janganlah sesekali kamu meninggalkannya begitu saja....

Kerana dia akan TERLUKA oleh kenangan bersamamu
dan mungkin TIDAK dapat MELUPAKAN segalanya selagi dia mengingatmu. ...

Jika kamu menadah air biarlah berpada,
jangan terlalu mengharap pada takungannya dan janganlah menganggap ia begitu teguh....
cukuplah sekadar KEPERLUANmu. ..
Apabila sekali ia retak.... tentu sukar untuk kamu menampalnya semula.... Akhirnya ia dibuang....

Sedangkan jika kamu cuba memperbaikinya mungkin ia masih dapat dipergunakan lagi....
Begitu juga jika kamu memiliki seseorang,
TERIMALAH seadanya....
Janganlah kamu terlalu mengaguminya dan janganlah kamu menganggapnya begitu ISTIMEWA....

Anggaplah dia manusia biasa. Apabila sekali dia melakukan KESILAPAN bukan mudah bagi kamu untuk menerimanya. ...
akhirnya kamu KECEWA dan meninggalkannya.

Sedangkan jika kamu MEMAAFKANNYA boleh jadi hubungan kamu akan TERUS hingga ke akhirnya....

Jika kamu telah memiliki sepinggan nasi...
yang kamu pasti baik untuk dirimu.
Mengenyangkan. Berkhasiat.
Mengapa kamu berlengah,
cuba mencari makanan yang lain..
Terlalu ingin mengejar kelazatan.
Kelak, nasi itu akan basi dan kamu tidak boleh memakannya. Kamu akan MENYESAL.

Begitu juga jika kamu telah bertemu dengan seorang insan.....yang pasti membawa KEBAIKAN kepada dirimu.

MENYAYANGIMU. .. MENGASIHIMU. ..
Mengapa kamu berlengah,
cuba MEMBANDINGKANNYA dengan yang lain.
Terlalu mengejar KESEMPURNAAN.
Kelak, kamu akan KEHILANGANNYA apabila dia menjadi milik orang lain..
Kamu juga yang akan MENYESAL

SDiced.fm